Sabtu, 25 Desember 2010

Perbandingan antara poligami dan monogami terhadap perkembangan anak


Monogami adalah kondisi hanya memiliki satu pasangan pada hubungan yang membentuk suatu pasangan.

poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan)

Poligami saat ini tampaknya makin banyak dilakukan. Banyak pihak yang menentang tetapi banyak juga yang mendukung poligami karena dianggap tidak bertentangan dengan agama. Jika poligami dilakukan tanpa menghiraukan pendapat anak dan hal ini berdampak negatif pada proses tumbuh kembangnya.

Pada dasarnya semua anak mengharapkan memilik keluarga yang ideal. Anak ingin selalu disayangi dan mendapatkan perhatian secara penuh. Ketika orang tua melakukan poligami maka rasa cemburu, marah, sedih dan kecewa tentu tidak bisa dihindari, tumpukan emosi dapat membuat anak berubah dari yang ceria menjadi pemarah, menutup diri, sulit diatur dan membangkan. Pikiran anak yang dipenuhi emosi ini bisa menghambat perkembangannya baik secara psikis dan fisik.

Beberapa dampak dari poligami terhadap perkembangan anak : 

1.     Anak Merasa Kurang Disayang.

anak kurang mendapatkan perhatian dan pegangan hidup dari orang tuanya, maka mereka merasa tidak mempunyai tempat dan perhatian sebagaimana layaknya anak-anak yang lain yang orang tuanya selalu kompak. Adanya keadaan demikian disebabkan karena orantuanya yang berpoligami, sehingga kurangnya waktu untuk bertemu antara orangtua dan anak, maka anak merasa kurang dekat dengan orangtua dan kurang mendapatkan kasih sayang orangtua

2.     Tertanamnya Kebencian Pada Diri Anak.

Tidak ada anak  yang benci kepada orang tuanya, begitu pun sebaliknya. Yang merubah sifat anak tersebut menjadi benci karena anak merasa kecewa akan suatu tindakan orang tuanya yaitu “poligami”. Yang membuat anak  merasa bahwa dia tidak mempunyai suatu keluarga yang utuh dan harmonis lagi  



3.     Tumbuhnya Ketidakpercayaan Pada Diri anak.

Krisis kepercayaan diri inilah yang akan membuat anak menjadi menutup diri dan selalu merasa sendiri karena mereka malu bahwa orang lain tahu kalo orang tua mereka berpoligami. Krisis kepercayaan ini sangat sensitive dalam kehidupan. Karena dengan adanya krisis kepercayaan diri sulit untuk bersosialisasi terhadap orang – orang disekitarnya.

4.     Timbulnya Traumatik Bagi Anak.

Traumatik, ini akan menjadi hal paling sulit dalam menjalani kehidupan yang seharusnya sudah berkeluarga, Mereka takut kejadian di masa kelamnya (orang tua berpoligami) akan kembali terjadi dalam kehidupan nya mendatang. Ini fatal karena  setiap orang ingin mempunyai keluarga yang utuh, harmonis dan langgeng sampai akhir hayat. Gagal hanya karena sebuah “traumatik" yang sangat mendalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar